Senin, 22 Agustus 2011

NAFSU


Alangkah susahnya mendidik nafsuku
yang tidak melihat kebenaran-Mu
ya Allah Tuhanku, bimbinglah hamba-Mu
di dalam mendidik jiwaku ini...


Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh...


Saudaraku, aku teringat kisah tentang akal dan nafsu ketika pertama kali diciptakan Allah. Akal dihadapkan kepada Allah dan ditanya siapa Allah, maka akal pun menjawab bahwa Allah adalah Tuhannya dan ia adalah hamba-Nya. Setelah itu nafsu dihadapkan kepada Allah dan ditanya siapa Allah. Maka nafsu menjawab, “Engkau ya engkau, aku ya aku.” Dan Allah memasukkan nafsu dalam neraka. Kemudian nafsu dihadapkan kembali dan ditanya seperti semula. Namun lagi-lagi nafsu menjawab hal yang sama pula. Nafsu pun dimasukkan kembali ke dalam neraka. Begitu seterusnya hingga 3 kali nafsu menjalani siksa neraka, barulah ia mengakui bahwa Allah adalah Tuhannya dan ia adalah hamba-Nya.


Saudaraku, apa keistimewaan manusia dibandingkan mahluk Allah yang lain? Manusia dikaruniai akal dan nafsu dalam dirinya. Berbeda dengan malaikat yang hanya dikaruniai akal saja, juga binatang yang hanya dikaruniai nafsu saja. Sehingga manusia digambarkan bisa lebih utama dari malaikat jika ia sanggup mengendalikan hawa nafsunya, dan manusia bisa lebih hina dari binatang jika akalnya dikalahkan oleh hawa nafsunya.


Para ulama membagi nafsu menjadi 3 yaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah, dan nafsu mutmainah. Manusia yang memiliki nafsu ammarah sepanjang hidupnya akan dikendalikan oleh hawa nafsunya. Orang-orang semacam ini tak ubahnya seperti binatang. Manusia yang memiliki nafsu lawwamah, akan labil. Kadang ia mengikuti akalnya, kadang mengikuti nafsunya. Namun kecenderungan mengikuti nafsunya lebih besar daripada akalnya. Yang terakhir, manusia yang memiliki nafsu mutmainah. Nafsunya mengikuti akalnya sehingga ia selalu berhati-hati tidak terburu-buru dan gegabah menuruti keinginan nafsunya. Manusia-manusia inilah yang diseru Allah untuk memasuki surga-Nya. Mari kita simak QS Al Fajri (89): 27-30: “Wahai nafsul mutmainah (jiwa yang tenang), kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” Alangkah indahnya orang yang memiliki nafsu mutmainah, bahkan Allah Ta’ala pun memanggil-manggil mereka untuk masuk dalam surga-Nya.

Saudaraku, apakah saat ini kita telah menjadi tuan bagi nafsu kita? Atau jangan-jangan saat ini kita justru masih diperbudak nafsu kita. Tengoklah dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat seruan Allah yang mulia berkumandang tanda Maghrib tiba -saat itu pula serial sinetron sedang diputar- sudahkah kita segera mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat jamaah? Atau justru kita menanti hingga iklan TV datang baru kemudian kita mengambil air wudhu dan mengerjakan/ mendirikan sholat setengah terburu-buru karena takut filmnya sudah mulai lagi. Rasa-rasanya kalau kita minta surga kok belum pantas ya? Itu baru 1 hal sepele. Mari kita tengok yang lain. Saat tengah malam tiba-tiba kita terbangun dan secepat itu ingat bahwa malam itu ada pertandingan sepak bola antara Manchester United melawan Intermilan. Berjam-jam kita tonton tv dengan asyiknya. Kita lupa pada kantuk kita. Pernahkah kita tiba-tiba bangun pada malam hari, segera ingat Allah, segera ingat tahajjud kemudian segera mendirikannya dan berjam-jam kita bermunajat kepada Allah dalam urai air mata dan bertobat kepada-Nya?


Kita punya uang 10.000, tiba-tiba kita ingin jajan bakso. Secepat itu uang kita berpindah kepada penjual bakso dan semangkok bakso sudah bisa kita nikmati. Namun pernahkah pada saat kita punya 10.000 ingat infak sodaqoh, dan secepat itu pula uang kita berpindah ke kotak infak? Rasanya uang 20.000 kecil bila dibawa ke supermarket, namun sangat besar jika dibawa ke masjid untuk diinfakkan. Subhanallah, saya jadi teringat suatu ketika Rasulullah sedang mengimami sholat, kemudian seakan-akan Beliau mempercepat sholatnya. Begitu sholat usai, Beliau langsung masuk rumah Beliau tidak berdzikir dulu sebagaimana biasanya. Para sahabat heran, ada apa gerangan? Rupanya hari itu Rasulullah saw mendapat hadiah berupa beberapa uang dinar. Dan rasulullah tidak ingin uang tersebut berlama-lama ada di dalam rumahnya. Rasulullah saw mengambil uang tersebut ba’da sholat dan segera membagi-bagikannya kepada para sahabatnya. Sungguh teladan yang mulia.

Saudaraku, nafsu akan terus memperbudak kita jika tidak kita paksa. Mari kita simak bagaimana orang-orang beriman telah memaksa nafsu mereka dalam As Sajdah (32) 15-16: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud dan bertasbih memuji Tuhannya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Allah dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”


Wahai saudaraku, ingatlah bahwa kita adalah hamba Allah. Tidak sepatutnya seorang hamba (abdi) memperturutkan nafsunya di depan Majikannya. Tidak sepatutnya seorang hamba berbuat seenaknya sedangkan Majikannya selalu mengawasi. Maka marilah kita bina nafsu kita menjadi nafsu mutmainah dan insya Allah kita termasuk dalam golongan yang mendapat panggilan Allah untuk memasuki surga-Nya. Amien

copas dari catatan suami saya :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=266516660025840


Tidak ada komentar:

Posting Komentar