Rabu, 27 Juli 2011

***RAMADHAN YAA ROMADHON***

BISMILLAH....




 Ucapan selamat menjelang datangnya Ramadhan datang silih berganti melalui media manual maupun elektronik yang menambah cahaya silaturahmi terjalin kembali. Melalui sms dan facebook serta media lainnya tak henti-hentinya memberikan ucapan selamat dan mohon maaf lahir dan batin menjelang datangnya Ramadhan. Ternyata datangnya ramadhan memberikan waktu tepat untuk mengungkapkan segala kesalahan yang mana cenderung tak terucapkan di bulan-bulan selain Ramadhan. Atau mungkin masih melekatnya budaya malu untuk mengucapkan permintaan maaf kepada sesama di bulan-bulan selain Ramadhan. Sehingga bulan Ramadhan menyumbangkan tradisi baru untuk bersilaturahmi dan saling maaf-memaafkan.Datangnya Ramadhan di kampung-kampung yang jauh dari keramaian mempunyai ciri khas tersendiri, tentu menambah ramainya suasana di malam-malam bulan itu. Namun tak jarang di bulan Ramadhan masyarakat terjebak dalam budaya konsumerisme yang mana selalu diiklankan melalui media televisi kita. Berbagai macam menu disiapkan untuk acara berbuka puasa dan sahur secara berlebihan tanpa melihat bahwa momentum Ramadhan sebenarnya salah satunya melatih diri setiap insan untuk ikut merasakan apa yang dialami bagi mereka yang tak mampu. Bahkan tak sedikit momentum buka puasa sebagai ajang balas dendam karena selama puasa tak diperbolehkan makan dan minum. Hal itu tentu mengakibatkan cahaya keikhlasan dalam menjalani puasa selama satu bulan kurang memperoleh keutamaan.

Hadirnya bulan Ramadhan menjadi suatu bulan yang istimewa bagi umat islam. Sesuai dengan perintah Allah SWT di bulan ramadhan ini diwajibkan setiap orang orang yang beriman berpuasa sesuai dengan umat terdahulu. Di bulan ini juga terbuka pintu rahmat, hidayah dan pengampunan serta di salah satu dari malam ramadhan dijadikan satu malam kemuliaan yang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan seribu bulan.

Ibadah puasa menjadi ritual wajib bagi orang-orang yang beriman selama bulan ramadhan. Meskipun begitu, setiap umat islam yang menjalankan ibadah puasa belum tentu memperoleh pahala sesuai yang dijanjikan Allah, akan tetapi mereka hanya memperoleh haus dan dahaga. Maka daripada itu, setiap insan yang berpuasa harus memperhatikan tiga aspek penting yang dilakukan pada bulan penuh rahmat ini. Pertama; aspek jasmani (jasad) yaitu orang-orang yang berpuasa harus mampu menahan lapar dan dahaga dari mulai waktu sahur sampai waktunya berbuka puasa sesuai jadwal yang ditentukan. Kedua; aspek nafsani (jiwa) yaitu setiap umat muslim yang berpuasa harus bisa menahan nafsu amarah, dengki, mencela dan sifat-sifat buruk lainnya yang tentu mengakibatkan rusaknya puasa.Ketiga; aspek rohani (roh) yaitu tingkatan yang paling penting yang harus diraih oleh setiap muslim yang berpuasa, sekaligus inti dari puasa adalah mencapai tingkatan rohani. Di aspek ini setiap umat muslim yang berpuasa tak hanya menahan lapar, dahaga dan menahan segala sifat yang merusak citra puasa namun mensucikan roh dari segala kotoran untuk menjemput kemuliaan di dunia dan akherat. Jika Allah menciptakan jasmani dan nafsani di mana suatu saat akan mengalami hancur (mati) maka Allah meniupkan roh sehingga tak akan hancur seperti jasmani dan rohani tentu sesuai dengan kehendaknya.

Meningkatkan Kecerdasan SosialKecerdasan sosial (social intelligence) kini tampaknya kian menduduki peran yang amat penting ketika kita hendak membangun sebuah relasi yang produktif nan harmonis. Relasi kita dengan kerabat, dengan tetangga, dengan rekan kerja atau juga dengan atasan mungkin bisa berjalan dengan lebih asyik kalau saja kita mampu mendemonstrasikan sejumlah elemen penting dalam kecerdasan sosial.

Tindakan-tindakan yang tak mencerminkan etika moral beradap seperti, Kekerasan dalam rumah tangga, tawuran antarkampung, perkelahian antarpelajar atau mahasiswa, bentrok antarkelompok politik, etnik, atau agama makin sering menghiasi media. Tindakan-tindakan seperti di atas membuktikan bahwa kecerdasan sosialnya tumpul. Namun dengan bulan yang penuh berkah ini, bisa meningkatkan kecerdasan sosial kita, tentu dengan melalui kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada sensifitas sosial.

Seiring dengan keistimewaan di bulan Ramadhan Nabi Muhammad sendiri pernah menegaskan bahwa "Seandainya umatku tahu rahasia yang terkandung di dalam bulan suci ramadhan, pastilah mereka menginginkan Ramadhan itu berjalan selama satu tahun". Di bulan ini, latihan-latihan spiritual seperti ceramah atau kultum dan tadarus Al Qur'an di setiap malamnya selalu dilaksanakan selama satu bulan penuh dan menjadi daya pikat setiap kaum muslim. Seiring dengan tradisi islami yang tak henti-hentinya selalu menghiasi nuansa Ramadhan maka setiap muslim tak hanya lebih rajin beribadah wajib namun juga kecerdasan sosial lebih sensitif (social Intellegence) di tengah-tengah ritual bulan puasa.

Hubungan horizontal antara sesama lebih harmosis dan menyenangkan melalui rangsangan nilai-nilai yang diperkuat oleh bulan ramadhan. Dan segala macam tindakan yang mengarah ketidakharmonisan menjadi tumpul dengan hadirnya kesadaran sosial yang semakin mengena terhadap setiap insan yang menjalankan ibadah puasa.

Dengan begitu, realisasi nilai-nilai islam baik melalui ibadah vertikal maupun secara horizontal menjadi seimbang. Hubungan dengan sang pencipta dan manusia tentunya akan lebih harmonis dan mesra sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam islam. Segala bentuk terorisme dan anarkhisme akan hancur seiring dengan kecerdasan sosial yang semakin dikedepankan. Maka, ramadhan tak hanya momentum untuk menjalin sikap romantisme dengan Tuhan namun juga dengan manusia sesama..


(selamat menjalankan ibadah puasa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar